Dari Gaza ke Bogor! Kisah Inspiratif Bisnis Kebab Uncle Hasan Palestina
Hasan Abu Daqah, yang lebih dikenal sebagai “Uncle Hasan”, bukanlah pengusaha kuliner biasa. Ia datang dari Gaza, Palestina, dan kini telah mengubah warung kebab sederhana di Bogor menjadi ikon kuliner dengan cita rasa autentik Timur Tengah.
Latar Belakang dan Perjalanan Hijrah
Uncle Hasan berasal dari Gaza dan menetap di Indonesia.
Kisahnya bukan sekadar berdagang; ia membawa resep keluarganya yang otentik dari Palestina ke Bogor.
Saat memulai usaha, ia sangat merendah. Di awal pendirian warung, kebabnya sempat tidak laku, bahkan pernah dibagikan gratis kepada warga sekitar untuk mencoba dan memberi masukan.
Menurut cerita, ia memasak menggunakan rempah-respah khas Palestina warisan keluarga.
Baca Juga: Kuliner Viral di Bogor! Bacang Panas 102 Suryakencana yang Sedap dan Ramai
Autentisitas Produk
Apa yang membuat Kebab Uncle Hasan berbeda? Semua bahan dari kulit kebab, roti burger, sayur, hingga saus mayonnaise dibuat sendiri (“homemade”).
Daging dimarinasi dengan rempah Palestina dan dimasak dengan teknik unik dipanggang di atas pan seperti “disetrika” agar cairannya keluar dan matang merata. Karena metode ini, tekstur daging menjadi juicy, dan rasa rempah terasa autentik serta kaya.
Baca Juga: Mau Nongkrong, Kerja, atau Kumpul? Cafe Kuku Riku Punya Area Luas yang Bisa Menyesuaikan Kebutuhan
Kisah Sosial dan Nilai Emosional
Kisah Uncle Hasan lebih dari sekadar bisnis itu adalah kisah imigran yang membawa warisan budaya dan membagikannya lewat makanan. Dalam wawancara, ia kerap menceritakan kondisi Gaza saat ini, mengaitkan usahanya dengan latar kemanusiaan dan identitas budaya.
Nilai “halal”, kerja keras, dan komunitas sangat melekat dalam usahanya sejak kecil menurut laporan, sejak dulu Hasan sudah bekerja keras, bahkan membantu mencari bahan dari pasar lokal setiap hari.
Pada masa awal usaha, untuk menarik perhatian pelanggan dan memberikan rasa, Hasan pernah memberi kebab secara gratis agar orang merasakan, memberi umpan balik, dan membangun kepercayaan.
Baca Juga: Banyak Kafe Baru Bermunculan, Ini Strategi yang Bikin Sebuah Kafe Tetap Dicari
Penerimaan dan Popularitas Lokal
Lokasi warungnya berada di Jalan Artzimar III, Tegal Gundil, Bogor Utara, yang kini selalu ramai dan menjadi destinasi kuliner. Menurut laporan, antrian panjang adalah pemandangan sehari-hari di warungnya.
Harga kebab sangat terjangkau, mulai dari Rp 13.000 hingga Rp 30.000, tergantung varian daging (sapi, ayam, kambing). Selain kebab, warung ini juga menjual menu tambahan seperti nasi basmati, burger, dan minuman khas Palestina (misalnya susu kurma).
Baca Juga: Suasana Hangat dan Tidak Bising, Cafe Kuku Riku Jadi Tempat Pelepas Penat
Dampak Budaya & Bisnis
Kehadiran warung ini tidak cuma soal kuliner, tapi juga representasi budaya Palestina di Indonesia.
Melalui usahanya, Hasan memperkenalkan rempah, rasa, dan tradisi Palestina ke pelanggan lokal Bogor, menciptakan jembatan budaya lewat makanan.
Popularitas warungnya membawa banyak perhatian media lokal dan nasional, menjadikannya bukan hanya tempat makan, tetapi juga simbol kisah migran yang sukses.
Untuk warga Bogor dan pengunjung, mencicipi kebab Uncle Hasan bukan hanya soal makan, tetapi juga merasakan bagian kecil dari Palestina.
Tantangan & Pelajaran
Menjalankan bisnis dengan resep warisan sangat menantang: menjaga keaslian rasa sambil memenuhi permintaan pelanggan lokal bukan hal mudah.
Sebagai seorang imigran, Hasan harus menyeimbangkan identitas budaya dan tuntutan komersial ia harus menjaga reputasi Palestina dalam setiap kebab yang dijual.
Dia juga mengajarkan nilai persisten meski awalnya tidak laku, ia tidak menyerah, melainkan memberi produk secara gratis agar orang mencoba dan percaya.
Kebab Uncle Hasan adalah contoh inspiratif bagaimana kisah pribadi dan warisan budaya dapat menjadi pondasi sebuah bisnis kuliner. Dengan membawa resep Palestina ke Bogor, Hasan tidak hanya membuka warung, tetapi juga menyulam jembatan budaya dan harapan. Usahanya menunjukkan bahwa bisnis bisa lebih dari sekadar mencari keuntungan bisa menjadi wadah untuk berbagi kisah, identitas, dan nilai kemanusiaan.